Dunia hitam dan putih...
Terkadang aku senang menilai dan mencoba memahami dunia beserta orang-orang yang tinggal di dalamnya. Waktu SMA, aku memahami teman di sekelilingku dan betapa kagetnya saat tahu bahwa hampir setengah dari teman kelasku ternyata tidak virgin lagi dan hal itu benar-benar mengagetkanku. Apakah seperti itu yang disebut pergaulan bebas? Sangat disayangkan, Indonesia yang menganut paham budaya timur yang terhormat, memiliki generasi yang sedemikian rupa. Aku menyayangi mereka dan hal ini sangat membahayakan kesehatan, nyawa, dan tentu saja menambah daftar dosa dalam hidup mereka. Ya, itulah hitamnya dunia yang dialami oleh segelintir anak kaum hawa yang terlalu lugu dan kurang paham tentang keindahan dunia yang bersifat sementara. Cinta palsu yang mereka agungkan membutakan logika, cinta memang serupa candu, namun terkadang penuh dengan bisa. Keagungan cinta
ternoda akibat pergaulan yang salah. Ibuku sering mengingatkan, sebebas-bebasnya kamu menggapai cinta sejatimu, semua harus dilakukan penuh dengan kehati-hatian, siapa pun pria yang benar-benar mencintaimu di luar sana, tentu dia tidak akan mengajakmu berkubang dalam dosa, menyakitimu, lalu meninggalkanmu sendiri. Ibuku memang benar, virgjnitas seorang perempuan hanya boleh diberikan pada pria yang menjadi suaminya. Mungkin teman-temanku terjerembap jatuh karena ekspresi cinta yang berlebihan dan di luar batas kewajaran akibat pengaruh budaya yang tak sesuai. Aku tak dapat berbuat banyak terhadap teman-temanku ini, bukan berarti aku tak peduli, namun apalah dayaku, aku bukan siapa-siapa bahkan mungkin aku pun masih jauh dari sempurna. Aku kecewa melihat keadaan mereka. Budaya Indonesiaku tergerus oleh arus jaman yang membinasakan.
Lalu, bagaimana dengan dunia putih? Putihnya dunia, aku temukan dari sisi teman-teman bijak dan penuh iman di sekelilingku. Putihnya mereka, membuatku tahu tentang makna Kuasa Tuhan yang sesungguhnya, tentang kecintaan kepada Mahasempurna. Aku senang melihat benteng iman yang dibangun melawan jajahan arus jaman. Aku kagum akan prestasi yang selalu terukir di langit. Tapi tak bisa dipungkiri, putihnya dunia ini juga tak luput dari senyawa cinta. Cinta di dunia putih sering tak terungkapkan, terpendam dalam hati, kadang begitu menyakitkan. Memendam cinta tidaklah semudah menyembunyikan kerikil dalam genggaman. Namun, cinta itu akan suci dan tertanam dalam keabadian. Terkadang membuatku malu sendiri akan kondisiku yang terlalu berlebihan mengekspresikan cinta ataupun perasaan yang aku rasakan. Tapi di balik semua itu aku tahu dan sadar diri bahwa apa pun yang aku dapatkan di dunia ini hanya bersifat sementara, namun apa yang telah kulakukan harus dipertanggungjawabkan kepada Sang Empunya dunia ini, yaitu Allah Yang Maha Kuasa dan aku berusaha untuk membuat senyum di wajah-Nya setiap kali Ia melihat ke arahku dari atas sana. Aku berusaha untuk mendapatkan cinta dan mencintai diri-Nya sehina apa pun diriku ini...
Ya, aku bukanlah perempuan yang hidup di dunia hitam atau putih. Aku masih berada di dunia abu-abu yang aku diami. Dan aku masih terus belajar dan belajar tentang makna hidup memperbaiki kualitas cinta yang ingin aku berikan kepada Tuhanku... Cinta yang tulus dan suci... tak peduli sehina apa pun diriku ini... Semoga...
0 komentar:
Posting Komentar